Aplikasi Point of Sales Sangat Membantu Bisnis Ritel

Lima bulan lalu, Felix membuka kedai kopi pertamanya, Tyfel Coffee di ka- wasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Meski termasuk usaha rintisan, pria 27 tahun ini mengaku tak bisa selalu berada di tempat untuk memantau usahanya. “Saya sering ke luar kota,” ujarnya kepada Tabloid KONTAN, Kamis (27/9). Selain percaya pada delapan karyawannya, hal yang membuat Felix bisa leluasa beraktivitas di luar kedai kopinya adalah bahwa untuk operasional, gerai miliknya ini sudah menggunakan aplikasi kasir daring yang lebih dikenal dengan sebutan Point of Sales (POS).



Dengan POS, Felix bisa memantau setiap transaksi yang terjadi di gerainya secara real time, meskipun ia tak berada di Tyfel Coffee. Saya bisa kemana-mana, tetapi masih bisa tracking bagaimana penjualannya, ujar Felix.

Itu baru satu keuntungan yang dirasakan Felix. Dengan menggunakan aplikasi POS, operasional usaha juga lebih efisien. Dalam menghitung transaksi, misalnya semua sudah direkapitulasi secara otomatis. Dengan begitu, tren penjualan bisa diketahui segera. Jenis transaksi sudah dipisahkan secara otomatis, antara transaksi dengan kartu dan pembayaran tunai (cash). Tak hanya itu, Felix bisa dengan mudah memantau persediaan bahan baku. Ketika ada pelanggan yang memesan minuman, semua bahan untuk membuat minuman itu tercatat beserta jumlahnya. Secara otomatis, catatan itu akan mengurangi persediaan bahan. “Sangat membantu sekali untuk mengecek stok (stock opname),” ujar Felix lagi. Beberapa tahun belakangan, di Indonesia muncul sejumlah perusahaan penyedia aplikasi POS, yang menggantikan sistem kasir tradisional/konvensional.

Perbedaan mendasar mesin kasir tradisional dan POS adalah dalam akses terhadap data. Mesin kasir konvensional su- dah bisa merekam data transaksi dan juga inventaris barang. Namun, data-data tersebut hanya tersimpan di dalam mesin itu, tidak bisa diakses dari perangkat lain. Sedangkan dengan POS, karena menggunakan teknologi cloud (komputasi), datadata transaksi bisa diakses dari berbagai perangkat, seperti smar t phone, tab l et, dan desktop. Keunggulan inilah yang membuat adopsi POS kian marak dipakai oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang jumlahnya jutaan. Tak heran perusahaan rintisan yang bergerak bikin POS makin banyak. Potensi pasarnya yang masih besar membuat investor juga tak ragu memberikan dukungan pendanaan kepada sejumlah perusahaan rintisan penyedia POS.

Pada Kamis (13/9) lalu, misalnya, PT Moka Teknologi Indonesia, penyedia aplikasi Moka POS, mendapat pendanaan seri Bsenilai US$ 24 juta atau lebih dari Rp 300 miliar, dengan kurs saat ini. Dana tersebut dari sejumlah investor, yaitu Sequoia Capital India, Softbank Korea, EDBI dan EV Growth, serta investor terdahulu, seperti Mandiri Capital, Convergence, dan Fenox. Sebelumnya, Juni 2016, Moka mendapat pendanaan Seri A senilai US$ 1,9 juta dan Februari 2017, pendanaan Seri A lanjutan senilai US$ 2 juta. Haryanto Tanjo, CEO dan CoFounder Moka mengatakan, dana segar yang baru diterima perusahaan akan digunakan untuk pengembangan produk. Komitmen kami adalah untuk terus fokus melayani seluruh merchant dengan berbagai pelayanan yang lebih baik. Dengan memberikan end-to-end solutions bagi seluruh merchant, kami tidak hanya hadir dalam sektor software as a service (SaaS), tapi juga berbagai solusi inovatif, ujarnya.

Haryanto bilang, saat ini Moka telah melayani 12.000 pelaku bisnis yang terbagi menjadi tiga kategori industri, yaitu F&B, layanan jasa, dan ritel. Dari jumlah pengguna tersebut, Moka memproses lebih dari 100 juta transaksi dengan total nilai US$ 1 miliar.

Related Posts
Previous
« Prev Post