Kripto Menjanjikan Nilai Tukar Yang Stabil

Sejak pertengahan tahun lalu, nilai aset kripto cukup ber?uktuasi. Ada ka- lanya anjlok, tapi dalam beberapa momentum nilainya melejit lantaran ada sentimen positif. Volatilitas nilai aset kripto ini di satu sisi menyenangkan investor trader, tapi merepotkan investor jangka panjang. Beranjak dari kondisi itu muncullah kripto yang nilainya berpatokan pada mata uang ?at atau lebih dikenal dengan sebutan stable coin.



Beberapa perusahaan telah menerbitkan stable coin. Yang terbaru, 21 September lalu Bit Trade, bursa kripto di Australia, mengumumkan kerjasama dengan Emparta, perusahaan penyedia infrastruktur ketenagakerjaan berbasis blockchain, untuk menerbitkan stable coin yang nilainya berpatokan dollar Australia (AUD). Jonathon Miller, Direktur Pelaksana Bit Trade, dalam keterangan resmi menjelaskan, stable coin adalah aset digital yang nilainya berpatokan dan mengacu pada aset (underlying asset) dollar AS atau dollar Australia. Nilai stable coin akan relatif sama dengan nilai aset yang jadi acuannya.

Sebelumnya, sejumlah perusahaan blockchain telah menerbitkan stable coin. Umumnya mereka menjadikan dollar AS sebagai patokan, dengan rasio 1:1. Artinya, satu unit stable coin setara dengan satu dollar AS. Beberapa stable coin yang diluncurkan adalah CarbonUSD dari Carbon, GeminiDollar (GUSD) yang diluncurkan bursa kripto Gemini yang didirikan dua saudara kembar Winklevoss. Selain itu, ada Paxos Standard (PAX) besutan perusahaan rintisan blockchain Paxos. Satu PAX sama dengan US$ 1. Sebelumnya, Juli lalu, perusahaan teknologi IBM bekerja sama dengan Stronghold membuat stable coin bernama USD Anchor. Kedua perusahaan ini juga melibatkan Prime Trust, sebuah perusahaan bermarkas di Nevada, AS yang mendepositkan sejumlah uang dollar AS dalam bentuk tunai. Untuk mengurangi risiko, perusahaan itu juga menggandeng Federal Deposit Insurance Corp (FDIC). Nah, di antara stable coin yang sudah beredar di pasar, yang cukup populer adalah Tether yang dirilis Tether Limited, perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Tether punya beberapa jenis token, yaitu USDT yang berbasis dollar AS dan EURT yang berbasis euro. Rencananya, Tether juga akan mengeluarkan kripto berbasis mata uang Jepang, yen. Token Tether dibangun pada sistem blockchain milik Bitcoin melalui Omni Protocol.

Perusahaan ini juga mengklaim ada token Tether yang dibangun pada sistem Ethereum. Mengacu pada laporan transparansi perusahaan di situsnya, total token USDT yang beredar di sistem Omni Protocol senilai US$ 3,02 miliar, dan beredar di sistem Ethereum senilai US$ 60,1 juta. Sedangkan token EURT yang beredar dalam sistem Omni Protocol senilai € 40 juta dan di sistem Ethereum senilai € 50 juta.

Bukan Untuk Trading
Bagaimana di Indonesia? Stable coin juga telah hadir. Oscar Darmawan, CEO Indodax, bursa jual beli kripto terbesar di Indonesia, mengatakan, sejak akhir Agustus lalu, pihaknya sudah memperdagangkan (listing) USDT besutan Tether Limited. Sejauh ini, respons pengguna Indodax cukup bagus, meski volume transaksinya belum mampu mengalahkan kripto populer, seperti Bitcoin. “Daya tarik Bitcoin terletak pada nilai yang naik turun cukup ?uktuatif,” ujarnya. Berdasar data di situs Indodax, Kamis (27/9) pukul 23.00, nilai transaksi USDT sebesar Rp 1,1 miliar. Dari 30 kripto yang terdaftar di Indodax, nilai transaksi USDT berada di urutan ke19. Lima volume transaksi terbesar adalah kripto yang bukan kategori stable coin, yaitu Ripple sekitar Rp 15,9 miliar, Bitcoin sekitar Rp 15,1 miliar, Ethereum sebesar Rp 6,9 miliar, Cardoni Rp 6,4 miliar, dan Stellar Lumens sekitar Rp 6 miliar. Meski bukan kripto pilihan utama, menurut Oscar, ke depan penerbitan stable coin akan terus bermunculan. Karena itulah, Indodax mulai me-listing token-token seperti itu untuk melihat respons pasar.

Kami ingin memantau saja. Sebab, kami lihat perkembangan ke depan token blockchain makin banyak yang berbasiskan pada aset, seperti emas, timah atau komoditas lainnya, ujar Oscar. Kenapa stable coin semakin marak? Bukankah harganya yang relatif tidak ?uktuatif kurang menarik bagi para trader yang mengincar margin dari volantilitas nilai kripto? Menurut Christopher Tahir, pengamat Kripto dari komunitas CryptoWatch, stable coin memang bukan untuk trading.

Kripto jenis ini lebih cocok menjadi instrumen lindung nilai (hedging) dalam transaksi lintas bursa kripto. Misalnya, seseorang ingin melakukan trading kripto antar-exchange, untuk menghindari fluktuasi harga yang terlalu tinggi, asetnya dikonversi ke stable coin. “Stable coin hanya dipakai untuk parkir dana, menunggu timing kembali masuk, ujarnya. Meski bukan untuk trading, stable coin tetap prospektif. Sebab, stable coin yang nilainya sama dengan uang fiat bisa menjadi alternatif transaksi keuangan lintas negara, tanpa tergantung pada lembaga keuangan sebagai perantara. Biayanya juga bakal lebih kompetitif.

Stable coin juga bisa dikembangkan sebagai alat transaksi di merchant. Sebab risiko selisih nilai yang ditimbulkan akibat ?uktuasi saat transaksi dan konversi ke uang ?at (withdrawal) relatif lebih kecil. Tak cuma dari sisi merchant, pemiliknya juga lebih tenang membelanjakan aset digitalnya tanpa dibayangi kekhawatiran nilainya anjlok. Tapi, tetap ada risiko di balik penerbitan stable coin, terutama terkait klaim aset yang menjadi jaminan kripto ini. Seiring naiknya popularitas USDT milik Tether, misalnya, sejumlah kalangan menyerukan adanya audit terhadap dana yang diklaim disimpan perusahaan itu. Setelah peluncuran GeminiUSD, Barry Eichengreen, profesor ekonomi di Universitas California, Berkeley, juga mengingatkan, stable coin yang sepenuhnya dijamin membutuhkan usaha lebih besar dari penerbit untuk menjaga kepercayaan.

Sebab, ketika terjadi penarikan massal, tidak ada jaminan penerbit siap mencairkan aset yang disimpan. Karena itu, Christopher Tahir mengajak masyarakat membedakan stable coin yang sepenuhnya desentralisasi dengan yang tersentralisasi. Stable coin yang tersentraliasi memiliki aset fisik sebagai jaminan. sementara stable coin yang terdesentralisasi tidak memiliki jaminan aset, tetapi menggunakan uang fiat sebagai acuan nilai.


Related Posts
Previous
« Prev Post