Pentingnya Data Pendidikan

Perencanaan pendidikan sangat diperlukan untuk kemajuan pendidikan. Dalam mengagak-agakkan perencanaan tersebut, diperlukan ramalan mengenai siswa dan
variabel pendidikan yang menyertainya. Tapi, bagaimana cara menyusun ramalan tersebut, apa metodologi yang digunakan, serta bagaimana aplikasinya?



Kajian berikut berusaha menyangkal ketiga pertanyaan tersebut oleh karena itu dapat digunakan untuk mengagak-agakkan strategi pendidikan. Dalam mengagak-agakkan perencanaan pendidikan, langkah mula-mula yang harus dilakukan merupakan dengan menyusun proyeksi siswa. Langkah selanjutnya adalah mengagak-agakkan proyeksi semua variabel petunjuk seperti prasarana pendidikan & sumber daya manusia tuntunan. Proyeksi pendidikan adalah estimasi tentang pendidikan di perihal mendatang, misalnya lima ataupun 10 tahun mendatang yang dihitung dengan menggunakan penetapan pendidikan di masa saat ini.

Untuk menyusun proyeksi petunjuk, variabel paling penting yang perlu disiapkan adalah keterangan nonpendidikan dan data tuntunan. Data nonpendidikan adalah keterangan penduduk usia masuk maktab dan usia sekolah, dikategorikan proyeksi atau perkiraan keterangan di tahun-tahun yang bakal diproyeksikan. Data pendidikan bukan hanya pada suatu ketika yang diperlukan, melainkan pula data tahun-tahun sebelumnya & data proyeksi atau
persangkaan data di tahuntahun nanti. Dengan demikian, dalam mengagak-agakkan proyeksi SD diperlukan 4 variabel data, yaitu 1) data nonpendidikan
seperti warga usia masuk sekolah & penduduk usia sekolah; 2) parameter dan indikator petunjuk untuk sekolah dasar; 3) rumus yang digunakan; 4)
asumsi dalam penyusunan ramalan pendidikan untuk sekolah pokok.

Data pendidikan yang dimaksud untuk menyusun proyeksi SD sampai tahun 2020/2021, diperlukan basis data dan kemajuankronologi, pertambahan, pertumbuhan, perubahan, perurutan, urut-urutan, data minimal lima tahun sebelumnya. Data pendidikan itu juga tergantung dari modus operandi yang digunakan. Untuk ramalan SD yang memiliki level, maka data yang diperlukan adalah siswa baru, siswa menurut tingkat, lulusan, menyalin menurut tingkat, dan sirna sekolah menurut tingkat. Supaya dapat dilakukan proyeksi SD, perlu di pahami terlebih dahulu tentang data nonpendidikan atau penduduk usia merasuk sekolah atau usia 6-7 tahun dan penduduk umur sekolah atau 7-12 tahun.

Setelah diketahui penduduk ini, perlu diketahui pula ramalan penduduk usia 6-7 tahun dan usia 7-12 tahun sampai tahun yang hendak dilakukan
proyeksi (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Inti Statistik, dan United Nations Population Fund, 2013). Patokan dan indikator pendidikan
yang digunakan juga disesuaikan beserta jenjang pendidikan yang hendak disusun proyeksinya. Bila ditata proyeksi SD, maka diperl ukan angka masukan
berangasan (AMK), angka mengulang masing-masing tingkat, angka putus bersekolah per tingkat, angka tamatan, dan persentase siswa umur sekolah. Untuk mengetahui apakah hasil proyeksi sudah menerima kebutuhan, perlu dilakukan penghitungan angka partisipasi kasar serta angka partisipasi murni (Ida Kintamani, 2007b).

Selanjutnya, demi dipahami tentang asumsi di menyusun proyeksi. Asumsi yang digunakan untuk menyusun ramalan pendidikan khusus SD ialah asumsi gabungan, yaitu gugus antara kebijakan dan tanpa kebijakan atau ketiganya, ialah target, konstan, dan nazar. Artinya, dalam menyusun ramalan SD, maka indikator mula-mula menggunakan target, sedangkan indikator kedua menggunakan konstan sebab kondisinya sudah baik, & indikator ketiga menggunakan tren.

Related Posts
Previous
« Prev Post