Warga di Desa Kulusuk, Greenland, punya tradisi berburu mempergunakan kereta luncur anjing. Akan tetapi pemanasan global membuat kebiasaan itu semakin memudar. Medium luncur anjing digunakan dalam transportasi sampai perburuan tatkala Greenland, terutama di sementara dingin yang bisa bersuhu hingga minus 35 kualitas Celcius. Beberapa tahun belakangan ini, lapisan es tatkala Greenland menjadi lebih terik terbentuk akibat pemanasan penuh. Tahun ini hingga sebelah musim panas berakhir, tempat otonom Denmark ini sedang belum sepenuhnya dingin. Sedangkan awalnya sebanyak 85 pembasuh tangan wilayah Greenland berupa martabat es.
Lapisan es penuh berubah, " kata Moses Bajare (59), salah wahid penduduk desa pemilik sarana luncur anjing. Mobil salju juga digunakan penduduk Greenland untuk berkendara di sentral es, namun tak seefektif kereta luncur anjing dalam berburu anjing laut serta paus. Di musim susut ketika es laut mengkristal, tim Bajare yang berisi dari 12 anjing mempesona kereta luncur kayu di tepi lautan es. Atas sana, ia memulai berkayak dengan senapan untuk berburu anjing laut. Namun, katanya, dalam 35 tahun final, pola terbentuknya es sebagai kurang dapat diprediksi. Es dulu menebal mulai Februari hingga Juni atau Juli. Sekarang, es membeku kian awal dan menipis pra waktunya, dan area-area yang aman untuk kereta luncur ikut berubah. Naik sarana luncur anjing adalah kebiasaan untuk kembali ke tempat, kata Bajare. Ketika beta memiliki masalah, dengan sanak, atau kehidupan, saya menghindar bersama anjing-anjing saya dalam menyendiri sesaat di pusat alam. Kini es kian cepat hilang, ujarnya.
Turun dengan alam
Seperti beberapa besar dari 250 warga desa, Bajare adalah Inuit, penduduk asli yang yaitu 90 persen dari komunitas Greenland. Dikenal karena bisa beradaptasi dengan lingkungannya, orang2 Inuit bergantung dengan tempat untuk hidup, berburu satwa untuk makanan, pakaian, bakal bakar, dan membangun perlengkapan. Sebuah museum kecil tatkala Desa Kulusuk memajang radas yang terbuat dari urat, kayak yang terbuat atas kayu apung dan pakaian yang terbuat dari risa samak, memperlihatkan bagaimana getah perca pemburu terus menyempurnakan barang-barang ini untuk beradaptasi beserta kebutuhan mereka yang langsung berubah. Selama berabad-abad, getah perca pemburu seperti Bajare sudah memelihara anjing-anjing Greenland, spesies yang mirip dengan husky Alaska.
Kehilangan budaya
Secara wilayah Arktik yang menghebat dua kali lebih tangkas belakangan ini, kekhawatiran Bajare sama dengan sebagian luas masyarakat di Kulusuk: 79 persen populasi pulau ini berpikir lautan es jadi lebih berbahaya untuk dilalui. Dan menurut survei Greenlandic Perspectives, yang dilakukan per universitas-universitas Kopenhagen dan Greenland, sekitar 67 persen menunjukkan mereka berpikir perubahan udara akan merugikan pengelompokan asu. Kunuk Abelsen adalah pemburu muda yang memiliki secara 22 anjing.
Baginya, asu adalah sumber hiburan yang tak ternilai. Kami gak memiliki lapangan sepak globe, kami tidak memiliki pasu renang. Anda dapat bertualang ke alam untuk tamasya, katanya. Jika kami keluar menggunakan kereta luncur asu, kami kehilangan sebagian raksasa dari budaya kita. Menyerupai penduduk lainnya, Abelsen pula menghasilkan uang dengan menuntun turis naik kereta luncur anjing. Bertarif 1. 000 kroner Denmark (sekitar Rp1, 5 juta), wahana ini membantu menutupi biaya melepaskan makan anjing-anjing selama selagi panas.
Tapi Abelsen menyiarkan dirinya mulai ragu dalam tetap memelihara anjing, pasalnya banyak kawannya yang sedari mengurangi jumlah anjing piaraan karena mahalnya biaya penyelenggaraan. Data tahun 2016 daripada Statistics Greenland mengatakan banyak anjing telah turun jadi 15 ribu dari lebih kurang 25 ribu pada tahun 2002. Tapi Abelsen menunjukkan dia juga melihat manusia beradaptasi dengan perubahan. Regenerasi iklim jelas bukan kacung yang baik untuk memanjat kereta luncur anjing, katanya. Tapi itu memberi bettor kemungkinan untuk memancing, berangkat berburu dengan kapal seturut tahun. Ada lebih penuh orang melakukan hal trendi.