Tidak lengkap rasanya kalau tur di Jawa Timur tak mengunjungi museum. Salah wahid wisata museum yang mampu Anda pertimbangkan untuk kunjungi yaitu Museum Empu Tantular atau Mpu Tantular yang kini berada di Sidoarjo. Museum ini dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur. Museum yang mencadangkan ribuan koleksi yang teramai benda purbakala ini diresmikan pemerintah pada 25 Juli 1937.
Museum Mpu Tantular menyimpan koleksi berbagai sumber sejarah, mulai dari lukisan-lukisan hingga emas yang disusun sejak zaman purbakala, era pertengahan dan lainnya. Museum itu kini berlokasi pada Jalan Raya Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Mengutip buku Jalan-Jalan Surabaya, Enaknya Ke Mana? Perbuatan Yusak Anshori dan Lazim Kusrianto, museum ini memiliki sembilan koleksi yang diperlihatkan melalui bidang arkeologika, numismatika atau museum keuangan, geologika, biologika, seni rupa, etnografika, historika, filogika, dan iptek.
Melansir berbagai sumber, pada dalam museum, terdapat beberapa macam bagian dan tempat, misalnya saja aula. Aula dalam Museum Mpu Tantular acap disewakan kepada masyarakat umum yang ingin menggunakan balairung tersebut. Selain itu, ada juga kendaraan-kendaraan zaman lalu yang dipamerkan. Tersedia pula ruang pameran yang memamerkan koleksi dari zaman prematur sejarah yaitu zaman Kerajaan Majapahit, seperti uang primitif, fosil, hingga kisah daripada Kerajaan Majapahit itu swasembada.
Salanjutnya, ada pula galeri Von Faber, nama galeri tersebut diambil dari penggagas sekaligus pengelola awal Stedelijk Historisch Museum Soerabaia yang merupakan cikal bakal daripada Museum Mpu Tantular Jawa Timur pada 1933. Godfried Hariowald Von Faber merupakan pria warga Surabaya yang berketurunan Negara Jerman. Di galeri Von Faber, ditemui aneka busana pengantin usang khas Surabaya Pegon, Ponorogo, Banyuwangi, Sumenep, dan kawasan sekitarnya. Pada bagian yang lain lain, terpampang batik tulis, lagak alat keluarga, topeng-topeng, pesawat pertukangan, dan alat pertanian jaman dulu.
Koleksi Empu Tantular mencapai ribuan. Pusparagam terbanyak adalah benda zaman kuno dari zaman Paleolithicum serta Neolithicum seperti tengkorak wong purba (pithecantropus erectur), fosil gading gajah, fosil penyelenggara kerbau, fosil kepala bajul, dan sebagainya. Di teritori lain dapat terlihat tempat tidur kayu antik dengan ukiran-ukirannya yang indah. Di sosok selanjutnya, ada tempat yang bisa digunakan para tamu untuk sekadar beristirahat ialah di gazebo-gazebo yang disediakan oleh pihak pengelola museum.
Untuk tamu yang tetap anak-anak, mereka dapat bermain di arena permainan yang berada dekat dengan loket. Diberikannya fasilitas ruang tampil membuat anak tidak membosankan datar jika hanya melihat pusparagam sejarah museum. Pada mulanya, Museum Mpu Tantular bertempat di daerah Surabaya, Jawa Timur. Namun, dikarenakan total koleksi yang mulai banyak dan meningkat, lokasi museum kendati dipindahkan ke alamat museum itu kini berada. Jam operasional Museum Mpu Tantular yaitu Selasa-Kamis buka ketuk 08. 00-15. 00 WIB, dan Jumat-Minggu buka ketuk 08. 00-13. 30 WIB.
Taman Sejarah, Saksi Bisu Perjuangan Pemuda Surabaya
Sebelumnya, Kota Surabaya, Jawa Timur kental dengan aneka zona yang menyimpan segudang polisi rahasia. Berbagai lokasi yang padat dengan sejarah itu kendati kini banyak difungsikan sebagai tempat wisata yang menarik. Tidak terkecuali tamannya, tekun yang ada di metropolis ini pun turut juga selaku saksi bisu persabungan pemuda Surabaya kala itu. Salah satunya adalah Talun Sejarah.
Berlokasi di Urut-urutan Taman Jayengrono No. 2-4, Krembangan, Taman Sejarah pernah mengalami beberapa kali pergantian nama. Awalnya, taman itu biasa disebut Willemsplein, yang diambil dari nama Willem seorang Raja Belanda yang berkuasa ketika bentrokan tersebut terjadi. Mengutip dari surabaya. go. id, taman yang berada di sebelah Jeti Merah ini dulunya ialah tempat berlangsungnya pertempuran renggangan Arek-Arek Suroboyo dengan legiun Inggris. Sampai-sampai Jenderal Inggris yang bernama A. W. S Mallaby meninggal bumi saat itu.
Willemsplein berganti nama menjadi Taman Jayengrono. Kata Jayengrono itu swasembada diambil dari nama Tumenggung Jayengrono, taman tersebut diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Desember 2012. Wali Kota Surabaya kemudian mengganti nama talun menjadi Taman Sejarah. Taktik tersebut karena taman tersebut dinilai memiliki aspek historis yang cukup kuat, diantaranya dikutip dari kominfo. jatimprov. go. id.
Taman Sejarah dikelilingi oleh bangunan-bangunan beserta gaya arsitektur kolonial Belanda. Bangunan bersejarah tersebut antara lain Jembatan Merah, Gedung Cerutu, Gedung Internatio, dan Khanah Garuda. Memiliki luas 5. 300 meter persegi, talun ini dilengkapi dengan bermacam-macam fasilitas umum, antara lain panggung dengan latar belakang Gedung Internatio, dan area pertunjukan seni yang berada di bagian tengah taman. Selain itu, di beberapa sudut taman disediakan tisu relaksasi, dan juga uap mancur. Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya semakin menambah nuansa cantik di taman tersebut dengan menambahkan hiasan lampu-lampu yang berbentuk lorong serta bambu runcing. Lampu ini diletakkan sejajar, sehingga warna-warninya terlihat menarik ketika dinyalakan pada malam hari.